Beberapa waktu lalu, berbagai berita ujicoba vaksin Covid-19 di Amerika Serikat dan Tiongkok berseliweran di internet memberi secercah harapan.
Beberapa waktu lalu, berbagai berita ujicoba vaksin Covid-19 di Amerika Serikat dan Tiongkok berseliweran di internet memberi secercah harapan. Di tengah pandemi Covid-19, kita terdorong untuk percaya bahwa vaksinasi merupakan langkah yang ampuh untuk menyetop pandemi ini untuk selamanya. Betulkah?
Di Cambridge, Amerika Serikat, Moderna Pharmaceuticals merupakan yang pertama menawarkan vaksin Covid-19, hanya beberapa minggu setelah outbreak terjadi. Vaksin tersebut saat ini sedang dalam tahap ujicoba keselamatan yang setelah itu akan diujicoba keefektifannya, kemungkinan besar pada musim panas nanti.
Vaksin yang Moderna sedang kembangkan adalah vaksin mRNA (messenger RNA; salah satu unit genetik di samping DNA) dimana informasi genetik virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 “dibungkus” di dalam sebuah nanopartikel, untuk nantinya diinjeksi ke dalam tubuh. Vaksin tersebut akan memicu sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi, sehingga tubuh sudah “siap” ketika Coronavirus menyerang.
“Apa yang saat ini sedang kita lakukan (membuat vaksin), dapat kita lakukan hanya dengan menggunakan urutan genetik virus tersebut. Jadi, setelah ia (urutan genetik) tersedia, kami dan semua orang mengunduhnya,” kata Presiden Moderna, Stephen Hoge, pada wawancara di bulan Januari.
Urutan genetik tersebut, yang penelitiannya dipimpin oleh Dr. Wang Jianwei dari Institut Biologi Patogen, Chinese Academy of Medical Science, terpublikasi di dalam Chinese Medical Journal.
Dikutip dari https://www.technologyreview.com/s/615331/a-coronavirus-vaccine-will-take-at-least-18-monthsif-it-works-at-all/
Vaksin yang akan diperjualbelikan perlu melewati uji klinis terlebih dahulu untuk memastikan keselamatan dan keefektifannya. Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases memprediksi secepatnya 12–18 bulan hingga lulus uji klinis dan dapat digunakan. Perlu dicatat bahwa, vaksin-vaksin terdahulu membutuhkan bertahun-tahun sebelum masuk pasar sehingga waktu 12–18 bulan merupakan skenario terbaik.
Walaupun vaksin terdiri dari virus yang sudah “dimatikan”, terdapat resiko bahwa justru ia akan memperburuk gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang sebenarnya, istilahnya “immune enhancement”. Peneliti juga menemukan bahwa virus Sars-CoV-2 dapat bermutasi dengan relatif cepat, sehingga vaksin yang dibuat sekarang, kemungkinan akan tidak efektif di kemudian hari. Ditambah metode yang digunakan Moderna juga termasuk sangat baru dan belum melalui banyak tes seperti metode membuat pembuatan vaksin konvensional lainnya. Sehingga jangan terlalu berharap dulu pada berita baik tentang vaksin untuk Covid-19.
Masyarakat harus “berhati-hati dalam optimismenya, dengan penekanan pada kata hati-hati, “ kata Michael Kinch, mantan pengembang vaksin HIV dan Associate Vice Chancellor di Washington University di St. Louis.
Waktu pengembangannya, yang dapat memakan waktu bertahun-tahun, adalah mengapa vaksin bukan solusi terbaik untuk keadaan kita saat ini. Peningkatan eksponensial jumlah pasien dan kematian yang disebabkan oleh virus corona membutuhkan penanganan yang cepat tanggap. Dan cara paling cepat dan memiliki impak yang menyeluruh adalah melalui kebijakan pemerintah. Lockdown, pembatasan pergerakan, dan kebijakan lain yang mengurangi mobilitas masyarakat adalah yang paling sesuai untuk memitigasi dampak buruk pandemi yang lebih mengerikan. Dan ketika situasi sudah terkontrol, itulah saat yang tepat untuk memikirkan solusi jangka panjang seperti vaksinasi massal.
Sumber: